INDUSTRI teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diharapkan
menjadi salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal itu
diungkapkan Menteri Kominfo Rudiantara dalam acara peringatan Ulang
Tahun ke-22 Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) di Jakarta, Selasa
(1/2).
Menurut Menkoinfo, TIK jangan dilihat sebagai end product, tapi harus diposisikan menjadi enabler terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika TIK sebagai end product maka hanya menjadi pedagang saja, tetapi jika dinilai sebagai enabler bagi pertumbuhan ekonomi maka akan selalu memberi nilai tambah.
“Dari sisi landscape, tatanan regulasi yang kita miliki masuk dalam tatanan teknologi. Yang kita urusin teknologi saja dan ijin saja. Ijin tetap kita harus manage tapi kita juga harus punya sisi bisnis. Kita harus ngejar end of the growth, baik dari sisi model bisnis maupun dari sisi platform ekonomi,” jelas Rudiantara.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Mastel Kristiono menjelaskan, usia Mastel genap 22 tahun, belum begitu tua tapi masih muda dan sedang mencari jalan ke depan. “Seminggu ini kami melakukan survey ringan terhadap beberapa isu. Saya rasa itu penting karena kita ingin mengetahui pendapat masyarakat terhadap beberapa isu. Ini bisa dijadikan masukan bagi seluruh stakeholders Mastel,” katanya.
Pembicara lainnya yang tak kalah menarik adalah Dendi Ramdani, Ph.D., Peneliti LPEM FE UI yang memaparkan perkembangan dan prospek sektor teknologi informasi dan telekomunikasi di Indonesia.
Menurut dia, semua cellphone subscriber (100%) menciptakan nilai tambah bagi perekonomian sebesar 5,52% dari PDB. Jika dinyatakan dalam rupiah, satu cellphone subscriber menciptakan nilai tambah sekitar Rp527.000 (harga konstan tahun 2000) atau Rp1.728.000 (harga berlaku).
“Smartphone sudah bukan barang mewah lagi, ditunjukan dari hasil estimasi bahwa pendapatan tidak berpengaruh pada keputusan membeli smartphone dan dari penilaian subyektif konsumen, yang robust tidak dipengaruhi harga smartphone dan tingkat pendapatannya,” tuturnya.
Berdasarkan hasil studi Mastel dan LPEM FEUI itu, Kominfo menyatakan data tersebut sebagai milestone perkembangan TIK di Indonesia. “Saya harapkan ada milestone berikutnya yang dampaknya jauh luar biasa terhadap perkembangan TIK dan bagaimana kita bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto Nasional dengan memperhatikan industri yang sustainable,” tutup Rudiantara.
Menurut Menkoinfo, TIK jangan dilihat sebagai end product, tapi harus diposisikan menjadi enabler terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika TIK sebagai end product maka hanya menjadi pedagang saja, tetapi jika dinilai sebagai enabler bagi pertumbuhan ekonomi maka akan selalu memberi nilai tambah.
“Dari sisi landscape, tatanan regulasi yang kita miliki masuk dalam tatanan teknologi. Yang kita urusin teknologi saja dan ijin saja. Ijin tetap kita harus manage tapi kita juga harus punya sisi bisnis. Kita harus ngejar end of the growth, baik dari sisi model bisnis maupun dari sisi platform ekonomi,” jelas Rudiantara.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Mastel Kristiono menjelaskan, usia Mastel genap 22 tahun, belum begitu tua tapi masih muda dan sedang mencari jalan ke depan. “Seminggu ini kami melakukan survey ringan terhadap beberapa isu. Saya rasa itu penting karena kita ingin mengetahui pendapat masyarakat terhadap beberapa isu. Ini bisa dijadikan masukan bagi seluruh stakeholders Mastel,” katanya.
Pembicara lainnya yang tak kalah menarik adalah Dendi Ramdani, Ph.D., Peneliti LPEM FE UI yang memaparkan perkembangan dan prospek sektor teknologi informasi dan telekomunikasi di Indonesia.
Menurut dia, semua cellphone subscriber (100%) menciptakan nilai tambah bagi perekonomian sebesar 5,52% dari PDB. Jika dinyatakan dalam rupiah, satu cellphone subscriber menciptakan nilai tambah sekitar Rp527.000 (harga konstan tahun 2000) atau Rp1.728.000 (harga berlaku).
“Smartphone sudah bukan barang mewah lagi, ditunjukan dari hasil estimasi bahwa pendapatan tidak berpengaruh pada keputusan membeli smartphone dan dari penilaian subyektif konsumen, yang robust tidak dipengaruhi harga smartphone dan tingkat pendapatannya,” tuturnya.
Berdasarkan hasil studi Mastel dan LPEM FEUI itu, Kominfo menyatakan data tersebut sebagai milestone perkembangan TIK di Indonesia. “Saya harapkan ada milestone berikutnya yang dampaknya jauh luar biasa terhadap perkembangan TIK dan bagaimana kita bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto Nasional dengan memperhatikan industri yang sustainable,” tutup Rudiantara.