NETIZEN asal Indonesia dan Australia kompak mengecam Perdana Menteri Australia Tony Abbott, terkait pernyataannya yang menyinggung pemberian bantuan pemerintah Australia kepada Aceh ketika mengalami musibah gempa dan tsunami tahun 2004 silam.
Inti pernyataan Tony Abbott itu sebenarnya adalah meminta pemerintah Indonesia untuk membatalkan hukuman mati kepada dua warganya yang terjerat kasus peredaran narkoba di Bali, yaitu Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Namun Abbott menyinggung soal bantuan Aceh tadi agar Indonesia tidak melupakan sumbangan yang diberikan rakyat Australia dalam jumlah miliaran dolar.
Menurut Abbott, Kemurahan rakyat Australia itu diharapkan menjadi pertimbangan untuk menyelamatkan nyawa dua warganya yang menunggu pelaksanaan eksekusi mati.
Atas pernyataan tersebut, sejumlah warga Australia banyak yang mengecam atas sikap dan perkataan PM Tony Abbott yang diluapkan melalui media sosial, seperti twitter, facebook, dan path.
Salah seorang warga Australia pemilik account twitter @SimmojustSimmo Feb 22 men-tweet: Abbott wasn't PM when tsunami hit. Any comments by him are his personal opinion. He does not speak for Australia. Any comments by Mr. TonyAbbots are his personal opinion. He does not speak for Australia.
Pemilik account lainnya @alisoncroggon Feb 22 : Sorry Aceh. Those donations from Australians were sincere, unlike our politicians.
Hal senada diungkapkan account @AilsaLamont Feb 22 : Abbott linking post-tsunami aid to another issue was mean-spirited and petty. Please know he does not represent us all.
Bagaimana dengan netizen Indonesia? Ternyata banyak netizen dari Indonesia yang meluapkan kekesalannya melalui sosial media.
Bahkan netizen dari Aceh paling keras mengungkapkan komentarnya yang berkembang di twitter dengan hastag #SayNotoDrugs #KoinuntukAustralia #iloveaceh. Hastag ini pun menjadi trending topic selama beberapa minggu di twitter.
Selain meluapkan kekesalan di media sosial, warga Aceh juga mengumpulkan koin untuk mengembalikan bantuan yang telah diberikan Australia. Dengan catatan, pengedar narkoba tetap dihukum mati.
Komunikasi Arogan
Apa yang dapat dipetik dari peristiwa ini? Dampak penggunaan sosial media oleh netizen di dunia maya ternyata berpengaruh sangat besar dan kuat.
Terlepas dari persoalan politik, sosial media dapat menyatukan opini antar bangsa yang tidak kenal satu dengan yang lain untuk mengecam PM Tony Abbott.
Dalam kaca mata komunikasi, PM Tony Abbott tampak mencari simpati untuk berusaha menyelamatkan nyawa dua warganya agar bebas dari hukuman mati.
Jika berhasil maka Abbott memiliki poin plus untuk mencalonkan kembali sebagai Perdana Menteri di Australia, atau bahasa mudahnya pemerintahan Abbott sekarang tengah melakukan pencitraan agar berpeluang berkuasa lagi untuk periode berikutnya.
Di sisi lain, Abbott sebagai pemimpin pemerintahan memang memiliki kewajiban untuk menyelamatkan warganya yang mengalami masalah bahkan di negara lain.
Sayangnya, para politisi di Australia tidak menggunakan komunikasi yang bijak tetapi mengambil langkah secara arogan dengan mengungkit pemberian bantuan kepada Aceh. Tanpa memperhatikan keberadaan sosial media.
Tentu kondisi ini sangat merugikan PM Tony Abbott dan pemerintahannya. Pasalnya, lawan politik Abbott memiliki celah untuk menyerang pernyataan Abbott melalui sosial media. Dan tersebar dengan cepat kepada netizen lainnya.
Tak sedikit pemilik account di twitter yang menerima komentar-komentar mengecam Abbott turut menyebarkan juga kepada follower-nya.
Lalu bagaimana cara meredamnya? PM Tony Abbott harus menarik pernyataannya dan meminta maaf kepada pemerintah Indonesia. Selain itu Abbott juga harus mengakui kebijakan dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Inti pernyataan Tony Abbott itu sebenarnya adalah meminta pemerintah Indonesia untuk membatalkan hukuman mati kepada dua warganya yang terjerat kasus peredaran narkoba di Bali, yaitu Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Namun Abbott menyinggung soal bantuan Aceh tadi agar Indonesia tidak melupakan sumbangan yang diberikan rakyat Australia dalam jumlah miliaran dolar.
Menurut Abbott, Kemurahan rakyat Australia itu diharapkan menjadi pertimbangan untuk menyelamatkan nyawa dua warganya yang menunggu pelaksanaan eksekusi mati.
Atas pernyataan tersebut, sejumlah warga Australia banyak yang mengecam atas sikap dan perkataan PM Tony Abbott yang diluapkan melalui media sosial, seperti twitter, facebook, dan path.
Salah seorang warga Australia pemilik account twitter @SimmojustSimmo Feb 22 men-tweet: Abbott wasn't PM when tsunami hit. Any comments by him are his personal opinion. He does not speak for Australia. Any comments by Mr. TonyAbbots are his personal opinion. He does not speak for Australia.
Pemilik account lainnya @alisoncroggon Feb 22 : Sorry Aceh. Those donations from Australians were sincere, unlike our politicians.
Hal senada diungkapkan account @AilsaLamont Feb 22 : Abbott linking post-tsunami aid to another issue was mean-spirited and petty. Please know he does not represent us all.
Bagaimana dengan netizen Indonesia? Ternyata banyak netizen dari Indonesia yang meluapkan kekesalannya melalui sosial media.
Bahkan netizen dari Aceh paling keras mengungkapkan komentarnya yang berkembang di twitter dengan hastag #SayNotoDrugs #KoinuntukAustralia #iloveaceh. Hastag ini pun menjadi trending topic selama beberapa minggu di twitter.
Selain meluapkan kekesalan di media sosial, warga Aceh juga mengumpulkan koin untuk mengembalikan bantuan yang telah diberikan Australia. Dengan catatan, pengedar narkoba tetap dihukum mati.
Komunikasi Arogan
Apa yang dapat dipetik dari peristiwa ini? Dampak penggunaan sosial media oleh netizen di dunia maya ternyata berpengaruh sangat besar dan kuat.
Terlepas dari persoalan politik, sosial media dapat menyatukan opini antar bangsa yang tidak kenal satu dengan yang lain untuk mengecam PM Tony Abbott.
Dalam kaca mata komunikasi, PM Tony Abbott tampak mencari simpati untuk berusaha menyelamatkan nyawa dua warganya agar bebas dari hukuman mati.
Jika berhasil maka Abbott memiliki poin plus untuk mencalonkan kembali sebagai Perdana Menteri di Australia, atau bahasa mudahnya pemerintahan Abbott sekarang tengah melakukan pencitraan agar berpeluang berkuasa lagi untuk periode berikutnya.
Di sisi lain, Abbott sebagai pemimpin pemerintahan memang memiliki kewajiban untuk menyelamatkan warganya yang mengalami masalah bahkan di negara lain.
Sayangnya, para politisi di Australia tidak menggunakan komunikasi yang bijak tetapi mengambil langkah secara arogan dengan mengungkit pemberian bantuan kepada Aceh. Tanpa memperhatikan keberadaan sosial media.
Tentu kondisi ini sangat merugikan PM Tony Abbott dan pemerintahannya. Pasalnya, lawan politik Abbott memiliki celah untuk menyerang pernyataan Abbott melalui sosial media. Dan tersebar dengan cepat kepada netizen lainnya.
Tak sedikit pemilik account di twitter yang menerima komentar-komentar mengecam Abbott turut menyebarkan juga kepada follower-nya.
Lalu bagaimana cara meredamnya? PM Tony Abbott harus menarik pernyataannya dan meminta maaf kepada pemerintah Indonesia. Selain itu Abbott juga harus mengakui kebijakan dan hukum yang berlaku di Indonesia.