Direktur Pemberitaan LKBN Antara, Akhmad Kusaeni, menjelaskan media dan wartawan telah menyebabkan terjadinya krisis penggunaan bahasa Indonesia.
“Kebebasan pers menyebabkan media bisa berbuat apa saja, termasuk penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak benar,” katanya dalam Forum Bahasa Media Massa di Jakarta, Kamis (14/3/2013).
Menurutnya, sejumlah kecenderungan yang cukup menguatkan krisis ini antara lain bertambahnya jumlah singkatan atau akronim yang tidak sesuai kaidah dan pemakaian istilah asing.
Menurutnya, sejumlah kecenderungan yang cukup menguatkan krisis ini antara lain bertambahnya jumlah singkatan atau akronim yang tidak sesuai kaidah dan pemakaian istilah asing.
Misalnya, akronim yang hanya berlaku di kalangan internal lembaga dipakai secara masif dalam media, seperti Jakut untuk Jakarta Utara.
Baca: Alasan Memberikan Informasi Akurat
Baca: Alasan Memberikan Informasi Akurat
Meski demikian, dia juga mengapresiasi media massa karena berperan mengembangkan bahasa Indonesia. Media massa menyebarluaskan kata, istilah, dan ungkapan baru seperti frasa masyarakat madani (civil society) dan petahana (incumbent).
Narasumber lainnya, Wina Armada Sukardi, anggota Dewan Pers Bidang Penegakan Kode Etik Jurnalistik, mengatakan terkait kode etik, Dewan Pers terus mendorong organisasi wartawan dan perusahaan pers untuk melakukan pendidikan dan pelatihan kepada wartawan.
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan independensi wartawan. (Kompas,15/3/2013)